Kerusuhan itu akhirnya pecah, manakala pengemudi taksi konvensional bentrok dengan pengemudi angkutan umum daring atau angkutan online. Banyak faktor, banyak sebab, dan banyak masalah yang sudah ada, tumpah ruah menjadi satu. Dan seakan kerusuhan itulah jawaban satu-satunya. Sangat disayangkan bentrokan itu terjadi, tapi akan menjadi maklum tatkala kita melihat itu adalah urusan perut dan periuk nasi. Urusan dapur. Menurut seorang kawan, pendapat yang berbeda bisa diselesaikan melalui jalur musyawarah dan lainnya. Sedangkan untuk urusan pendapatan yang berbeda, itu masalah lain yang lebih rumit.
Angkutan umum daring atau acap disebut angkutan online, semisal taksi online, ojek online adalah hasil kreasi kemajuan zaman. Kemajuan teknologi informasi bergabung dengan kecerdasan melihat peluang, dan tentu kebutuhan kekinian, terciptalah revolusi industri angkutan. Image angkutan umum yang lelet, kumuh, angker dan berubah drastis. Kini angkutan umum daring menyuguhkan konsep angkutan umum yang cepat didapat, aman, dapat dipertanggungjawabkan dan bersahabat. Walau mungkin ini tak selamanya benar.
Tulisan ini tidak bermaksud melakukan prejudice terhadap pihak manapun. Ini hanya tulisan yang bermaksud memberikan gambaran tentang bagaimana respon terhadap perkembangan zaman. Kita faham bagaimana perkembangan zaman selalu maju dan melibas apapun dan siapapun yang tak siap menghadapinya. Termasuk didunia usaha, terutama usaha jasa.
Beberapa tahun silam, kita tentu akrab dengan telepon koin yang terpasang dibeberapa tempat. Ada juga penyeranta atau pager. Perkembangan zaman kemudian memunculkan telepon umum kartu, walau tak begitu “meledak”. Kita juga akrab dengan istilah Wartel atau warung telekomunikasi. Usaha ini demikian menjamur, omset yang ditawarkan pun tak main-main. Wartel kerap dikunjungi dan bahkan terkadang harus antri hanya untuk mendapatkan kesempatan menggunakan layanan telepon. Menunya pun variatif, ada sambungan telepon lokal, interlokal, sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), dan yang terakhir sambungan internasional. Untuk layanan internet kita juga mengenal Warnet, warung internet. Pada awalnya, warnet seringkali berjubel dengan pelanggan yang ingin menikmati layanan daring yang tersedia.
Kita fahami bahwa kedua bisnis jasa ini pernah Berjaya dimasanya. Ketika telepon genggam masih merupakan barang mewah dan sedikit dimiliki, maka masyarakat memilih layanan wartel. Pun begitu ketika smartphone belum merebak seperti sekarang, warnet menjadi raja bisnis jasa internet. Lambat laun namun pasti, bisnis wartel meredup, dan hingga pada saatnya harus dikubur oleh perkembangan zaman. Setali tiga uang dengan wartel adalah warnet. Kini orang akan memilih membeli handphone baru karena lebih efektif dan efisien. Inilah salah satu watak perkembangan teknologi. Teknologi yang lebih efektif dan efisien, akan mengalahkan teknologi lama yang kurang efektif dan efisien.
Jikalau dulu wartel dan warnet menjual dua jasa yang berbeda, kini handphone menyuguhkan keduanya dalam satu genggaman. Tentu saja lebih praktis dan modis. Pada mulanya handphone masih dianggap barang mewah, bahkan dikenakan pajak barang mewah. Semakin lama, teknologinya semakin berkembang, dan juga semakin murah. Jika dulu seseorang harus mengeluarkan uang puluhan ribu bahkan ratusan ribu untuk menghubungi keluarga jauh, kini dengan biaya yang lebih murah kita bisa melakukan panggilan langsung melalui video atau disebut video call.
Letak perkembangan bisnis jasa adalah, sejauh mana ia mampu memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat, tepat dan hemat. Tentu bisnis jasa juga mutlak menyuguhkan pelayanan prima. Maka tak heran, ketika handphone mampu melakukan itu, ia juga mampu menumbangkan dominasi wartel dan warnet. Selanjutnya memunculkan bisnis counter pulsa dan handphone sebagai bisnis sertaan. Bisnis ini sempat menuai madunya pada awal perkembangan handphone. Tapi itulah bisnis jasa, pelayanan pengisian jasa kini bisa dilakukan siapapun, tanpa mempunyai tempat usaha. Penjualan dan pembelian handphone kini bisa dilakukan dengan online, akibat merebaknya smartphone, yang bukan hanya laris manis bak kacang goring. Namun, juga semakin bersaing dalam hal harga. Selanjutnya muncullah usaha baru, usaha online. Usaha online tumbuh dimana-dimana. Ini adalah bisnis turunan akibat dari merebaknya smartphone dan perang tarif telpon dan internet oleh provider.
Lalu setelah ini apa?
Perkembangan laju zaman adalah salah satu rahasia Tuhan yang sulit diprediksi. Bahkan mungkin adalah salah satu strategi Tuhan menunjukkan kuasaNya. Mungkin sebentar lagi akan ada trend usaha baru yang menggantikan system penjualan dan toko online. Siapa tahu?.
Begitupula bisnis angkutan atau transportasi. Dulu kita mengenal angguna, akronim dari angkutan serba guna. Angkutan semacam taksi namun dengan bagasi lebih besar. Namun hari ini sudah hilang entah kemana. Kita juga mengenal becak dan lain sebagainya. Namun yang paling akrab tentu ojek. Penikmat layanan ojek hari ini tentu menurun drastis, dikarenakan semakin banyaknya sepeda motor. Dahulu kala ojek selalu dibutuhkan karena sedikitnya orang yang bisa membeli sepeda motor. Sedikitnya kepemilikan sepeda motor, bisa jadi karena ketat dan sedikitnya penyedia jasa kredit kendaraan bermotor. Hari ini, hampir setiap rumah ada sepeda motor, bahkan tak jarang lebih dari satu buah. Ini tentu merugikan pengojek.
Begitupun taksi, kendaraan yang secara kasta lebih tinggi dari ojek. Taksi juga kalah bersaing akibat merebaknya kepemilikan mobil pribadi. Ini juga akibat longgar dan banyak fasilitas pembiayaan kendaraan bermotor. Siapa yang paling diuntungkan, bisnis pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor tentunya.
Namun, bukan berarti tanpa perlawanan. Beberapa pihak mampu melakukan inovasi, melihat perkembanga bisnis teknologi informasi dan keperluan akan kendaraan umum yang nyaman, aman dan cepat. Menggabungkan bisnis transportasi dan teknologi informasi, terbentuklan bisnis hasil kawin silang. Yakni bisnis ojek online dan taksi online.
Bisnis baru ini menyadari sepenuhnya bahwa keperluan akan angkutan transportasi umum yang aman, efektif dan efisien. Sadar akan kebosanan menunggu di pangkalan, factor keamanan, kecepatan dan pertimbangan-pertimbangan lain. Bisnis ini memanfaatkan ceruk baru kebutuhan transportasi, tanpa harus menunggu di pangkalan, tanpa takut dibohongi soal tarif karena langsung menerima notifikasi harga waktu pemesanan, dan tentu janji jaminan akan keamanan. Tentu akhirnya pelayanannya lebih dipilih ketimbang ojek dan taksi biasa yang akhirnya harus rela disebut taksi dan ojek konvensional.
Bukan tidak mungkin, dengan berkembangnya teknologi kendaraan nirawak, dimasa mendatang akan ada ojek atau taksi online nirawak. Dan hal-hal ini harus diantisipasi siapapun yang bergelut di bisnis jasa ini. Kemajuan zaman akan terus direspon dengan ide-ide kreatif para pelaku bisnis lainnya. Maka, demonstrasi para awak taksi konvensional yang menuntut ditutupnya bisnis taksi dan ojek berbasis aplikasi online bisa dimaklumi. Karena desakan ekonomi dan semakin ketatnya persaingan, mereka merasa negara tidak hadir dalam memikirkan masa depan mereka. Namun disisi lain menimbulkan pertanyaan, sampai kapan mereka akan mampu mencegah penetrasi bisnis ojek dan taksi berbasis aplikasi online ini?. Bukankah bisnis ini hadir atas respon dari perkembangan zaman. Sebagian pihak akan menyarankan, agar taksi dan ojek konvensional alih-alin protes, harusnya mereka mengikuti dan mengembangkan diri serupa, yakni menjadi layanan berbasis aplikasi online. Sebagian lagi menyarankan agar para pelaku bisnis bidang ini yang masih konvensional agar meningkatkan layanan, karena hadirnya bisnis serupa dengan model aplikasi online bukan hanya bentuk persaingan, namun juga kritik atas lemahnya pelayanan pelaku bisnis konvensional. Sementara pihak lain meminta, agar ada regulasi khusus dari pemerintah selaku otoritas, agar mampu setidaknya menyeimbangkan keduanya. Apalagi bisnis layanan transportasi dengan aplikasi daring, disinyalir berbuat culas, dengan enggan membayar pajak.
Bisa jadi semua saran benar, namun terpenting adalah sampai kapan kita mampu melawan perkembangan zaman?.
Wallahul muwafiq ilaa shirotihil mustaqim…